Ambarawa, 10 Mei 2022
Forum Petani Rawa Pening Bersatu (FPRPB) akhirnya bisa mulai bernafas lega untuk kembali bercocok tanam dan membatalkan niat untuk berunjuk rasa atau demo ke Gubernur Jawa Tengah.
Para petani di sekitar Rawa Pening, yang selama ini lahannya terendam air, kini bisa menggarap sawahnya lagi. Pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana yang mengelola Rawa Pening, telah menurunkan elevasi air agar lahan persawahan petani tidak tergenang lagi setelah 3 tahun tidak dibuka.
Pembukaan penurunan elevasi air ini dilakukan simbolis Bupati Semarang Ngesti Nugraha di pintu air Tuntang-Jelok. Pembukaan pintu air dilakukan secara bertahap, guna mengatur aliran air supaya daerah hilir seperti Demak dan Grobogan tidak menjadi korban akibat limpahan air dari pembukaan pintu air sungai Tuntang.
Kepala BBWS Pemali-Juana Muhammad Adek Rizaldi mengatakan, Rawapening ini merupakan salah satu dari 15 danau kritis di Indonesia yang perlu direvitalisasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) No 365 Tahun 2020 bahwa penetapan garis sepadan 50 meter dari elevasi banjir tertinggi yang pernah terjadi ke arah daratan dengan tujuan utamanya adalah mengembalikan fungsi danau ini, termasuk mengamankan masyarakat dari banjir.
Namun sebelum tahun tersebut, sudah banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan di seputar Rawa Pening, sehingga saat direvitalisasi menjadi terdampak dan banyak sawah yang terendam.
Saat ini Rawa Pening memiliki empat fungsi utama. Di antaranya irigasi wilayah Demak dan Grobogan seluas 20,76 ribu hektare, air baku untuk minum 750 liter per detik, pengairan PLTA Jelok dan Timo yang menghasilkan 25,5 megawatt, dan pengendalian banjir.
Usai pembukaan pintu air itu dilanjutkan audiensi antara petani yang tergabung dalam Forum Petani Rawa Pening Bersatu (FPRPB) dengan Bupati Semarang. Dalam audiensi ini juga dihadiri oleh Kepala BBWS Pemali-Juana Muhammad Adek Rizaldi, Ketua DPRD Kabupaten Semarang Bondan Marutohening, dan TNI-Polri.
Dalam audiensi itu juga dilakukan penandatangan kesepakatan pembukaan pintu air yang difasilitasi Bupati Semarang. Berita Acara ini dimaksudkan sebagai kesepakatan bahwa Pintu Air Sungai Tuntang per hari dibuka kisaran 4 cm. Usai dibukanya penurunan elevasi ini, diharapkan pada 1 Juni nanti petani bisa bercocok tanam karena debit air turun dan tidak menggenangi persawahan lagi.
Sebagai informasi, wilayah yang terdampak tidak bisa bercocok tanam berada di 14 desa, 4 Kecamatan di Kabupaten Semarang. 14 Desa diantaranya Bejalen, Tambakboyo, Asinan, Tuntang, Kesonggo, Lopait, Candirejo, Rowosari, Sraten, sebagian Jombor, Rowoboni, Kebondowo, Banyubiru dan Pojoksari. Sedangkan disebut sebagai wilayah atas itu merupakan patok merah sebagian hak milik, sedangkan yang tengah itu sudah sebagian hak milik sebagian lagi tanah patok merah.
Selain untuk pertanian, pasokan air dari Danau Rawa Pening juga untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Jelok dan Timo di Tuntang. Juga untuk pengendalian banjir dan air minum PDAM.