Ambarawa, 26 November 2021
Kekalahan Jepang di perang dunia kedua menjadikan sekutu tertarik menguasai Indonesia kembali. Saat itu, pasukan sekutu yang disebut RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees) datang ke Ambarawa dengan alasan ingin merehabilitasi tawanan perang. Akan tetapi, mereka ternyata datang dengan beberapa pasukan militer NICA (Netherlands-Indies Civiele Administration) dan argumen penyembuhan tawanan yang dikatakan sebelumnya hanya sebatas tipu muslihat.
Pertempuran Ambarawa merupakan salah satu peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia setelah kemerdekaan. Pertempuran Ambarawa dikenal juga sebagai Palagan Ambarawa. Peristiwa tersebut terjadi pada 20 Oktober sampai 15 Desember 1945 di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Pertempuran Ambarawa dilatarbelakangi oleh NICA yang membonceng tentara Sekutu untuk kembali memasuki wilayah Indonesia. Para pasukan dengan berani mengibarkan benderanya di Kota Ambarawa pada tanggal 11 Desember 1945.
Tentara Sekutu seharusnya hanya bertindak melucuti tentara Jepang di Indonesia yang telah mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik. Namun kenyataannya membantu Belanda untuk kembali menduduki wilayah Indonesia seperti yang dikutip dari Buku Peperangan dan Serangan yang diterbitkan oleh Kemendikbud.
Tentara Sekutu merasa berhak atas Indonesia berdasar perjanjian yang dilakukan Inggris dengan Belanda yang disebut Civil Affairs Agreement pada 24 Agustus 1945 yang mengatur pemindahan kekuasaan di Indonesia dari British Military Administration kepada NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Pelanggaran pihak Sekutu terhadap persetujuan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak yaitu malah mempersenjatai para tawanan Belanda dan menimbulkan insiden bersenjata di Magelang. Juga terjadi pengeboman terhadap kampung-kampung yang berada di sekitar Ambarawa.
TKR (Tentara Keamanan Rakyat) sebagai alat pertahanan negara saat itu tidak tinggal diam dan bertempur melawan Belanda, di hampir seluruh wilayah Indonesia. Salah satu pertempuran besar saat itu terjadi di Ambarawa yang berlangsung terus-menerus selama empat hari dan berakhir di tanggal 15 Desember 1945.
Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan.
Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa.
Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung pasukan musuh yang ada di dalam kota. Pertahanan musuh yang terkuat diperkirakan di Benteng Willem yang terletak di tengah-tengah kota Ambarawa.
Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.
Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung.
Kemenangan Palagan Ambarawa ini memberi efek besar bagi TKR. Karena dunia menyaksikan pagelaran militer yang dipimpin Kolonel Sudirman tersebut terbukti memiliki strategi yang cakap dan mampu mengalahkan kekuatan militer sekutu dan Belanda.
Karena keberhasilan dalam perang Ambarawa ini, pada 18 Desember 1945, Kolonel Sudirman diangkat oleh Presiden Sukarno sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal di gedung negara Ibu kota Yogyakarta.
Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang. Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat.
Meski berakhir kemenangan, Pertempuran Ambarawa tetap menyisakan kesedihan. Sebab jumlah korban tewas dari pihak Indonesia mencapai ribuan orang.